Friday, November 20, 2009

Lyrics Directory

Lyrics Directory


Alam Malam – Iwan Fals

Posted: 19 Nov 2009 10:48 AM PST

Malam malam terjebak didalam keraguan
Mana utara mana selatan?
Melihat ketegangan melihat kegelapan
Melihat banyak pertanyaan

Apa? Siapa? Mengapa? Orang orang bingung
Apa? Siapa? Mengapa? Jangan bingung bingung

Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja

Alam malam Alam malam Alam maya da da
Alam malam
Alam malam Alam malam Alam maya da da
Alam malam

Menjadi anak alam lahir diujung malam
Bumi bunda bapak angkasa
Merasakan udara membawa peristiwa
Merenungkan pengalaman

Apa? Siapa? Mengapa? Orang orang bingung
Apa? Siapa? Mengapa? Jangan bingung bingung

Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja

Mendengar lagu baru nyanyikan lagu lama
Bermain bersama sama
Menemu kebebasan membebaskan temuan
Mengalami kekosongan

Apa? Siapa? Mengapa? Orang orang bingung
Apa? Siapa? Mengapa? Jangan bingung bingung

Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja

Alam malam Alam malam Alam maya da da
Alam malam
Alam malam Alam malam Alam maya da da
Alam malam

Hei apa yang dicari? Tak usah cari cari
Semuanya ada disini
Dimana kehidupan disitulah jawaban
Jawabannya nyanyikanlah

Nyanyi Menyanyi Nyanyikan
Indonesia Raya

Bingung Merenung Merenung
Menjadi gunung
Bingung Mengalir Mengalir
Menjadi air

Bingung Merenung Merenung
Menjadi gunung
Mengalir Mengalir Mengalir
Menjadi air

Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja

Bingung Merenung Merenung
Menjadi gunung
Mengalir Mengalir Mengalir
Menjadi air
Mengalir Mengalir Merenung
Menjadi gunung

Alam malam Alam malam Alam maya da da
Alam malam
Alam malam Alam malam Alam maya da da
Alam malam
Alam malam Alam malam Alam maya da da
Alam malam
Alam malam Alam malam Alam maya da da
Alam malam

Related Post


Aku Sayang Kamu – Iwan Fals

Posted: 19 Nov 2009 10:47 AM PST

Susah…susah mudah kau kudekati

Kucari…engkau lari kudiam kau hampiri

Jinak burung dara justru itu kusuka

Bila engkau tertawa hilang semua duka

Gampang naik darah…omong tak mau kalah

Kalau datang senang…nona cukup ramah

Bila engkau bicara…persetan logika

Sedikit keras kepala…ah dasar betina

Ku suka kamu…sungguh suka kamu

Kuperlu kamu…sungguh perlu kamu

Engkau aku sayang…sampai dalam tulang

Banyak orang bilang…aku mabuk kepayang

Aku cinta kamu

Bukan cinta uangmu

Aku puja selalu setiap ada waktu

Ku suka kamu…sungguh suka kamu

Ku perlu kamu…sungguh perlu kamu

Langsat kuning cina warna kulit nona

Bibir merah muda lesung pipi pun ada

Wajah cukup lumayan dapat poin enam

Kalau nona berjalan rembulan pun padam

Ku suka kamu…sungguh suka kamu

Kuperlu kamu…sungguh perlu kamu

Related Post


Aku di Sini – Iwan Fals

Posted: 19 Nov 2009 10:46 AM PST

Mengantuk perempuan setengah baya

Di bak terbuka mobil sayuran

Jam tiga pagi itu tangannya terangkat

Saat sorot lampu mobilku menyilaukan matanya

Aku ingat ibuku, aku ingat istri dan anak perempuanku

Separo jalan menuju rumah saat lampu menyala merah

Di depan terminal bis kota yang masih sepi

Aku melihat seorang pelacur tertidur mungkin letih atau mabuk

Aku ingat ibuku, aku ingat istri dan anak perempuanku

Di bawah temaram sinar merkuri

Bocah telanjang dada bermail bola

Oh pagi yang gelap kau sudutkan aku

Suara kaset dalam mobil aku matikan

Jendela kubuka angin pagi dan nyanyian sekelompok anak muda mengusik ingatanku

Aku ingat mimpiku, aku ingat harapan yang semakin hari semakin panjang tak berujung

Perempuan setengah baya pelacur yang tertidur

Bocah-bocah bermain bola anak muda yang bernyanyi

Sebentar lagi ayam jantan kabarkan pagi

Hari-harimu menagih janji

Aku di sini ya.. aku di sini

Ingat ibuku, istri dan anak-anakku

Related Post


Aku Bosan – Iwan Fals

Posted: 19 Nov 2009 10:45 AM PST

Papi ku belum pulang, mami ku belum pulang

Kakak ku belum pulang, katanya cari uang

Hanya ada pembantu, mengurusi hidup ku

Hanya ada televisi, menemani hari ku

Aku bosan, aku bosan, aku bosan

Bosan…bosan…bosan…bosan…

Aku bosan, aku bosan, aku bosan

Bosan…bosan…bosan…bosan…

Ketika papi pulang, mukanya sangat tegang

Ketika mami pulang, menyapa hallo sayang

Ketika kakak pulang, jalannya sudah goyang

Katanya cari uang, katanya cari uang

Aku bosan, aku bosan, aku bosan

Bosan…bosan…bosan…bosan…

Related Post


Zaman – Ebiet G. Ade

Posted: 19 Nov 2009 10:43 AM PST

Lelaki yang tersuruk di ketiak angin
Langkahnya terhambat, gamang, dan serba canggung
Gugup terbata-bata, hilang percaya diri
meski bersikeras tegak nampak tak ada daya

Wajahnya yang tampan bahkan terlalu manis
ditambahi polesan lengkaplah kegagalan
Jalan lenggang gemulai, enteng seperti kapas
Tak tercermin sikap jantan sebagaimana kodratnya lelaki

Ia bersembunyi menyimpan tangis yang tak kuasa dibendung
Ia jatuh cinta namun keburu sadar itu tak wajar
Tanda tanya bergolak di dalam fikirannya, “Berdosakah?”
Sedang ia pun tak menghendaki
Siapa gerangan yang dapat membantu menjawabnya?

Perempuan dongak di atas angin
Kepalanya bengkak penuh mimpi kekerasan
Tubuh sintal dan tegap menampilkan kejantanan
Tak tercermin sikap lembut sebagaimana kodratnya

Rambutnya yang kasar kotor berdebu
Diisapnya cerutu bibir retak terbakar
Langkah dihentak-hentak, galak seperti singa
Ia ingin tampil lengkap sebagaimana layaknya lelaki

Aku punya gagasan untuk mempertemukan mereka berdua
agar saling isi dengan cerita derita duka lara
Barangkali nanti tumbuh naluri sejati
dan kembali seperti sediakala
Semua jawabnya hanyalah Tuhan yang mengerti
Sekali lagi jawabnya hanya Tuhan yang mengerti

Related Post


Yogyakarta – Ebiet G. Ade

Posted: 19 Nov 2009 10:42 AM PST

Seperti debu, tajam menerpa mata
Aku tersentak dari lamunan
ketika kubuka tirai jendela
Seperti angin, lembut menyusup jiwa
Aku terpejam, kuhirup nafas dalam
di gerbang kotaku, Yogyakarta
Hari ini aku pulang, hari ini aku datang
bawa rindu, bawa haru, bawa harap-harap cemas
Masihkah debu jalanan menyapa gerak langkahku?
Masihkah suara cemara mengiringi nyanyianku?
Seperti bintang diam menunggu fajar
Aku berfikir untuk membangunkanmu
Bergumul dengan gelora nafasmu
Di sini aku ditempa, di sini aku dibesarkan
Semangatku, keyakinanku, keberadaanku pun terbentuk
Masih aku pelihara kerinduanku yang dalam
Setiap sudutmu menyimpan derapku, Yogyakarta
Setiap sudutmu menyimpan langkahku, Yogyakarta
mmmm hoo

Related Post


Yang Terluka – Ebiet G. Ade

Posted: 19 Nov 2009 10:41 AM PST

Tersentak dari lamunan ketika kau datang
Seingatku cukup lama engkau sembunyi
Garis wajahmu berubah, tak seperti dulu
murung dan tak bergairah,
kehilangan sinar, kehilangan binar

Buku jarimu terkepal, entah genggam apa
Katup mulutmu terkunci, entah simpan apa
Bola mata dingin pudar diam tak terbaca
Desah nafasmu tersumbat,
kehilangan getar, kehilangan debar

Coba katakanlah kepadaku, aku masih sahabatmu
Derita apakah gerangan yang engkau alami
yang engkau hadapi? ho ho ho ho ho ho… ho
Bukan karena cinta tentunya
Mungkin karena putus asa
Kehilangan percaya diri, kehilangan tempat berpegang

Coba katakanlah kepadaku, aku masih sahabatmu
Derita apakah gerangan yang engkau hadapi?
Bukan karena cinta tentunya
Mungkin kerna putus asa
Kehilangan percaya diri

Kenapa tak engkau coba raih
dari lubuk jiwa paling dalam, iman?

Kenapa tak engkau coba raih
dari lubuk jiwa paling dalam, iman?
ho ho ho ho ho

Related Post


Yang Telah Selesai – Ebiet G. Ade

Posted: 19 Nov 2009 10:40 AM PST

Jangankan untuk berfikir
sedang mendengar pun enggan
Jeritan pilu lewat bagai angin
Jantungnya telah membeku ho
Jantungnya telah membeku

Lupa segala-galanya
tak merah, tak juga jingga
Rintihan kelu tak ubah nyanyian
Ibanya telah membatu ho
Ibanya telah membatu

Semakin hari makin tak peduli
Semua harapan t'lah pupus
Matanya kosong, sinarnya binasa,
bibirnya rapat terkunci
Dia bukan milik kita lagi
terselubung dalam sepi
Masa lalunya begitu gelap
Benturan demi benturan
begitu berat menekan

Jangankan untuk menyapa
sedang menoleh pun enggan
Lampu jalanan perlahan padam
Dia hanya pantas dikenang ho
Dia hanya pantas dikenang

Sekali waktu terbangun
nafasnya tersendat-sendat
Sumpah serapah yang ia gumamkan
Dia hanya pantas dikenang ho
Dia hanya pantas dikenang

Semakin hari makin tak peduli
Semua harapan t'lah pupus
Matanya kosong, sinarnya binasa,
bibirnya rapat terkunci
Dia bukan milik kita lagi
terselubung dalam sepi
Masa lalunya begitu gelap
Benturan demi benturan
begitu berat menekan

Related Post


Wajahku Masih Yang Kemarin – Ebiet G. Ade

Posted: 19 Nov 2009 10:38 AM PST

Tak pernah aku bermimpi
duduk di atas panggung gemerlap
menyandang gitar dan harmonika
aku mesti bernyanyi
Sorot lampu yang menyilaukan
Ribuan pasang mata menikam
Sudut jantungku rasa bergolak dan
seluruh tubuhku gemetar

Aku berteriak sekerasnya
kupetik gitar secepatnya
kutiup harmonikaku kala nafas terasa lega
Mata pun rapat kupejamkan
terasa hanya sendirian
Bersemangat bicara menumpahkan seluruh
kegalauan yang menggumpal di dada

du du du du du du du du du du du du du du du du
du du du du du du du du du du du du du du du du du

Setelah nyanyianku usai
tepuk tangan pun membelah langit
Aku melambung terasa melayang
Rasanya aku tak percaya
Di balik panggung aku berkaca
Wajahku masih yang kemarin
Hanya terasa sepi bergayut
beban yang harus kupikul

Aku berteriak sekerasnya
kupetik gitar secepatnya
kutiup harmonikaku kala nafas terasa lega
Mata pun rapat kupejamkan
terasa hanya sendirian
Bersemangat bicara menumpahkan seluruh
kegalauan yang menggumpal di dada

du du du du du du du du du inilah nyanyianku
du du du du du du du du du du du du yang sejujurnya
du du du du du du du du du du du du du du du du
du du du du du du du du du du du du du du du du du
du du du du du du du du du du du du du du du du
du du du du du du du du du du du du du du du du du

Related Post


Untukmu Kekasih – Ebiet G. Ade

Posted: 19 Nov 2009 10:37 AM PST

Ingin berjalan berdua denganmu kekasih

Lewati malam setelah usai rinai gerimis

Lelawajar luruh dengan rumput biru

Jemari tangan kita lekat jadi satu

Pipimu memerah hasratku merekah

Kenapakah waktu tertinggal jauh?

Ku katakan kepadamu tentang hijau huma

Yang bakal kita kerjakan dengan sederhana

Kita segera akrab dengan sinar pagi

Nyanyikan kupu-kupu hinggap dirambutmu

Tersenyum kamu ketawalah aku

Kenapakah waktu tertinggal jauh?

Malam suntingkan rembulan untukku

Agar cinta tak berpaling dariku

Lama aku pelajari satu puisi

Sayang bila hanya angin yang mengerti

Oh burung bernyanyilah

Demi terjalin cinta

Related Post


No comments:

Post a Comment