Menjaring Matahari – Ebiet G. Ade Posted: 18 Nov 2009 07:15 PM PST Kabut, sengajakah engkau mewakili pikiranku Pekat, katamu peralat menyelimuti matahari Aku dan semua yang ada di sekelilingku Merangkak menggapai dalam kelam Mendung, benarkah pertanda akan segera turun hujan Deras, agar semua basah yang ada di muka bumi Siramilah juga jiwa kami semua Yang tengah dirundung kehalauan Roda jaman menggilas kita Terseret tertatih-tatih Sungguh hidup sangat diburu Berpacu dengan waktu Tak ada yang dapat menolong Selain yang di sana Tak ada yang dapat membantu Selain yang di sana Dialah Tuhan Dialah Tuhan Oh, oh, oh Tuhan Hmm, hmm, hmm Tuhan Related Post  
 |
Mimpi Di Parangtritis – Ebiet G. Ade Posted: 18 Nov 2009 07:14 PM PST Engkau terlena dalam pelukan dingin malam Matamu terpejam, kembang masih erat kau genggam Butir pasir beterbangan, sinar bulan berkilauan Kau tersenyum dalam diam Kau tertidur makin lelap Seperti bintang wajahmu gemerlap Kudekap erat sukmamu, kuselimuti tubuhmu Aku terjaga, pekik ombak Laut Selatan Matahari pagi di atas puncak bukit karang Sebatang pohon kering, membelah matahariku ‘ku bertanya kepadamu, “Mimpi indahkah kau semalam?” Kiranya kini kau t’lah hilang musnah seperti namamu yang kutulis di pasir ditelan ombak Pantai Laut Selatan Related Post  
 |
Nasihat Pengemis Untuk Istri – Ebiet G. Ade Posted: 18 Nov 2009 07:13 PM PST Istriku, marilah kita tidur Hari telah larut malam Lagi sehari kita lewati Meskipun nasib semakin tak pasti Lihat anak kita tertidur menahankan lapar Erat memeluk bantal dingin pinggiran jalan Wajahnya kurus pucat, matanya dalam Istriku, marilah kita berdoa Sementara biarkan lapar terlupa Seperti yang pernah ibu ajarkan Tuhan bagi siapa saja Meskipun kita pengemis pinggiran jalan Doa kita pun pasti Ia dengarkan Bila kita pasrah diri, tawakal Esok hari perjalanan kita Masih sangatlah panjang Mari tidurlah, lupakan sejenak Beban derita lepaskan La la la la la la la la la Dengarkanlah nyanyi La la la la la la la la la Dari seberang jalan La la la la la la la la la Usah kau tangisi La la la la la la la la la Nasib kita hari ini Tuhan, selamatkan istri dan anakku Hindarkanlah hati mereka dari iri dan dengki Kepada yang berkuasa dan kenyang di tengah kelaparan Oh, hindarkanlah mereka dari iri dan dengki Kuatkanlah jiwa mereka Bimbinglah di jalanMu, bimbinglah di jalanMu Related Post  
 |
Nyanyian Bumi Seberang (Bumi Ni Pasogit) – Ebiet G. Ade Posted: 18 Nov 2009 07:12 PM PST Menyeberangi danau biru terbentang bersama istri dan anakku belayar Singgah di sana, di pulau yang terpencil di tengah hamparan telaga, menyimpan keindahan Dan aku pun terperangah ada yang menegurku Selintas layaknya ia marah dan membentak Namun ternyata dari sinar matanya terpancar ketulusan sikap bersahabat Aku ingin hening dan pejamkan mata untuk menyimpan apa yang kusaksikan Suling berserak bercampur songket dagangan Bertahan dalam kasih bumi leluhur meskipun alam tak banyak membantu namun kegigihan sanggup merubah tandus tanah ini ladang kehidupan Aku pun terkesima dan enggan pulang Dan esok harinya kami mendaki untuk menikmati keindahan dari bukit dan di sana di tengah lingkaran air mereka gigih bertahan semangat baja Aku ingin hening dan pejamkan mata untuk menyimpan apa yang kusaksikan Suling berserak bercampur songket dagangan Bertahan dalam kasih bumi leluhur meskipun alam tak banyak membantu namun kegigihan sanggup merubah tandus tanah ini ladang kehidupan Aku pun terkesima dan enggan pulang Related Post  
 |
Nyanyian Burung Dan Pepohonan – Ebiet G. Ade Posted: 18 Nov 2009 07:11 PM PST Pernahkah engkau dengar nyanyian burung murai Ketika gerimis turun langit tertutup kabut? Bersiul memilukan, berderai menikam mendung Suara laut pun sirna, terbang entah ke mana Dan di saat yang lain kala mentari bangkit menyiram jagat raya kicaunya pun ceria Bersama semilir angin mengalirlah semangat Kecipak air kali menyegarkan jiwa Oh, betapa jauhnya jalan terjal kutempuh menembus kegelapan, menyibak alang-alang Oh, murai bernyanyilah mengiringi langkahku Wajah bumi semakin renta dan penuh luka Pernahkah engkau dengar nyanyian pepohonan di tengah belantara sepi menembus kelam? Kelak tinggal catatan, di sini pernah berdiri tegar menyengga langit, kini tinggal puing Related Post  
 |
Nyanyian Getir Tanah Air – Ebiet G. Ade Posted: 18 Nov 2009 07:10 PM PST Seringkali aku terjaga terusik dari tidurku Sepertinya kudengar suara jeritan yang menyayat Mungkin hanya mimpi yang tak punya makna atau ini isyarat agar aku mulai bicara Seringkali aku mencoba membenamkan kepalaku Bersembunyi dari hiruk pikuk suara yang memilukan Mungkin aku memang bodoh atau tak peduli Percaya kegetiran tak selalu berbuah duka Kusaksikan tangan kotor mulai mencengkeram Tak ada siapa pun yang dapat mencegah Orang-orang pandai hanya diam menonton atau bahkan hanya saling menuding Mulai kehilangan hasrat kemanusiaan, mulai kehilangan akal kebersamaan, mulai kehilangan rasa saling memiliki Para pemimpin pun tak ada yang peduli Mungkin aku memang bodoh atau tak peduli Percaya kegetiran tak selalu berbuah duka Kusaksikan tangan kotor mulai mencengkeram Tak ada siapa pun yang dapat mencegah Orang-orang pandai hanya diam menonton atau bahkan hanya saling menuding Mulai kehilangan hasrat kemanusiaan, mulai kehilangan akal kebersamaan, mulai kehilangan rasa saling memiliki Para pemimpin pun tak ada yang peduli ho ho ho Related Post  
 |
Nyanyian Kasmaran – Ebiet G. Ade Posted: 18 Nov 2009 07:09 PM PST Sejak engkau bertemu lelaki bermata lembut Ada yang tersentak dari dalam dadamu Kau menyendiri duduk dalam gelap Bersenandung nyanyian kasmaran Dan tersenyum entah untuk siapa Nampaknya engkau tengah mabuk kepayang Kau pahat langit dengan angan-angan Kau ukir malam dengan bayang-bayang Jangan hanya diam kau simpan dalam duduk termenung Malam yang kau sapa lewat tanpa jawab Bersikaplah jujur dan tebuka Tumpahkanlah perasaan yang sarat dengan cinta Yang panas bergelora Barangkali takdir tengah bicara Ia diperuntukkan buatmu Dan pandangan matanya memang buatmu Mengapa harus sembunyi dari kenyataan Cinta kasih sejati kadang datang tak terduga Bergegaslah bangun dari mimpi Atau engkau akan kehilangan Keindahan yang tengah engkau genggam Anggap saja takdir tengah bicara Ia datang dari langit buatmu Dan pandangan matanya khusus buatmu Related Post  
 |
Nyanyian Ombak – Ebiet G. Ade Posted: 18 Nov 2009 07:08 PM PST Kau campakkan dan kau terlantarkan kembang yang kupersembahkan kepadamu sepenuh hati :Kau diamkan bahkan kau tinggalkan :Aku yang tertegun di dalam rindu, :di dalam sepi :Benarkah telah kering kasih sayang di jantungmu :layaknya musim ini berkaca pada sikapmu? :Ranting-ranting patah gemertak :Belalang pun terbang mencari hijau :Sisi ladangku tak lagi subur :Untuk tumbuhkan cinta kasihmu :Kau dengarkan dan coba renungkan :gelombang di laut nyanyikan rindu :menikam kalbu :Benarkah telah kering kasih sayang di jantungmu :layaknya musim ini berkaca pada sikapmu? :Ranting-ranting patah gemertak :Belalang pun terbang mencari hijau :Sisi ladangku tak lagi subur :Untuk tumbuhkan cinta kasihmu Kau dengarkan dan coba renungkan gelombang di laut nyanyikan rindu menikam kalbu Related Post  
 |
Nyanyian Pendek Buat Anak Manis Berambut Panjang – Ebiet G. Ade Posted: 18 Nov 2009 07:07 PM PST Mestinya aku gembira banyak gadis yang memandangku Ada yang cantik dan ada yang manis Ada yang lincah, ada pula yang diam Semua menjanjikan kasih sayang Mestinya aku tertawa bila mereka bercanda Menghibur diri demi membunuh sepi Bayang-bayang hitam lekat saja memburu Kapankah terbuka selimut rindu? Anak manis berambut panjang, selintas kau datang Tinggalkan merah goresan cinta Tak gampang ‘ku lupa Anak manis, tengok jantungku yang menyimpan rindu Anak manis, sambut tanganku, usirlah mimpiku Sanggupkah kutunggu kerling mata bermakna? Dengar denting harpa menikam pagi buta Salahkah bila aku jatuh cinta? Mestinya engkau bertanya gadis mana yang menawanku Matanya bening, polos sikap, dan jujur Tak berlebihan menangkap kasih sayang Inikah pertanda kabut terbuka? Anak manis berambut panjang, selintas kau datang Tinggalkan merah goresan cinta Tak gampang ‘ku lupa Anak manis, tengok jantungku yang menyimpan rindu Anak manis, sambut tanganku, usirlah mimpiku Sanggupkah kutunggu kerling mata bermakna? Dengar denting harpa menikam pagi buta Salahkah bila aku jatuh cinta? Related Post  
 |
Nyanyian Siang Dan Malam – Ebiet G. Ade Posted: 18 Nov 2009 07:06 PM PST Terdengar dentingan kecapi sumbang mengalir dan menyeruak seperti percik-percik air pancuran membasuh dan menyiram jiwa Di tengah hiruk pikuk dan cucuran peluh ia menyayat menikam Sepasang sepatu robek berdebu tergolek setia menunggu Tudung jerami kacamata gelap Kukunya hitam lusuh dan kasar menggapai-gapai di dawai karatan Senyumnya kering dan getir Sebuah nyanyian usai dipetik ada tepuk tangan riuh Ia menggapai tongkat kehidupan Renggangkan jemari tangan Tudung jerami kacamata gelap Kukunya hitam, lusuh, dan kasar menggapai-gapai di dawai karatan Senyumnya kering dan getir Tersenyum lega untuk segalanya Begitu jantan perkasa Perjuangan dalam gelap dan pekat Nyanyian siang dan malam Nyanyian siang dan malam Related Post  
 |
No comments:
Post a Comment